Selasa, 08 November 2022

Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru yang Dipelajari dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 

                                                                (Gambar: Kelasimpian.com)

Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru yang Dipelajari dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara

(Tugas Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1. PGP Angkatan 7)

Perkenalkan, nama saya Muhammad Fajri, S.Pd.I. Saya calon guru penggerak angkatan 7 dari SMPS Islam Al FAlah Kabupaten Aceh Besar. Saya akan menyampaikan  kesimpulan dan refleksi terhadap materi modul 1.1 tentang pemikiran Filososfi Ki Hajar Dewantara.

Indonesia patut bersyukur memiliki seorang anak bangsa yang brilian dalam memerdekakan pemikiran pendidikan yang ada pada sosok seorang Ki Hajar Dewantara yang bernama asli Suwardi Suryaningrat. Pikiran-pikiran bernas, amal usaha dan perjuangannya mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mampu meraih kemerdekaannya dengan bekal dan modal belajar merdeka tidak saja bermodalkan kekuatan otot dan senjata. Sejatinya perjuangan terhormat adalah perjuangan dengan basis pendidikan, karena derajat yang tinggi hanya dapat diperoleh dengan pendidikan.

Itulah sekelumit kiprah utama Ki Hajar Dewantara dalam upaya memerdekakan manusia Indonesia berupa memerdekakan pendidikannya yang menurut KHD pendidikan itu didefinisikan sebagai menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan).

Menuntun oleh KHD kemudian kejawantahkan dalam tiga pilar utama pengajaran KHD sebagai berikut: melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani). Dengan tiga pilar utama tersebutlah tonggak pendidikan yang dibangun Ki Hajar mampu mengangkat harkat martabat pendidikan Bangsa Indonesia hingga mampu mendorong manusia Indonesia yang merdeka, yakni manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak bergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar akan kekuatan diri sendiri.

Selain ketiga pilar tersebut di atas, KHD juga meletakkan dasar-dasar system pendidikan lainnya yang dikenal dengan sebutan Trikon (Kontinyu, konvergen, konsentris). Kontinyu: berkesinambungan dengan masa lalu, Konvergen: bertemu secara terbuka dengan perkembangan alam dan zaman. Dan Konsentris: menyatu dengan nilai-nilai kemanusiaan, dunia.

Keberadaan asas-asas pendidikan yang telah ditanamkan dan diperjuangkan oleh KHD tersebut menjadi sangat vital dan mutlak untuk terus dipertahankan dan menjadi modal penting bagi pendidikan bangsa Indonesia di masa kini. Karena secara universal, nilai-nilai yang sudah ditawarkan oleh KHD adalah nilai-nilai yang teruji yang mana nilai-nilai tersebut dapat berlaku di mana saja dan tak akan lekang oleh zaman. Sudah ideal pula pilar dan nilai yang sudah dikembangkan KHD menjadi modal utama setiap sekolah di Indonesia.

Di sekolah tempat saya mengajar, setiap tata nilai yang ditanamkan oleh KHD diterjemahkan menjadi apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar, apa yang kamu rasa adalah pendidikan. Pendidikan harus bersifat universal dan holistic.

Berangkat dari pengajaran KHD, saya selaku penerus pejuangan KHD sebagai pengajar dan pendidik, saya sudah melakukan dan menerapkan tata nilai dari ajaran KHD dalam proses pengajaran dan pendidikan sehari-hari di lingkup sekolah maupun komunitas belajar yang saya terlibat di dalamnya.

Selanjutnya, saya akan merefleksikan diri terkait dengan telaah modul 1.1. PGP angkatan 7 melalui 3 pertanyaan pemantik berikut:

 

1.       Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

Sebelum saya mempelajari modul 1.1. ini saya mempunyai keyakinan bahwa:

o   Pembelajaran cenderung berpusat pada guru ketimbang murid. Gurulah yang punya peranan dominan dalam proses PBM.

o   Sajian pelajaran yang disajikan dengan hanya satu pendekatan dan dengan satu gaya dapat diterima oleh seluruh peserta didik

o   Guru dapat memaksakan kehendaknya pada peserta didik

o   Peserta didik harus memiliki nilai cemerlang pada setiap mata pelajaran yang dipelajari

 

2.               Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah saya mempelajari modul 1.1. ini saya tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara banyak hal dan pemahaman yang saya dapatkan. Pemikiran KHD membuka cakrawala saya dalam memaknai keberagaman peserta didik yang harus diajarkan sesuai dengan karakter dan gaya belajar masing-masing, yang mana belum terlalu optimal saya praktikkan di ruang kelas. Selain itu, bahwa, pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Guru harus berperan sebagai fasilitator atau pada istilah KHD disebut sebagai penuntun atau pamong. Ini menjadi tantangan bagi saya, bagaimana upaya saya di masa depan untuk menciptakan kondisi kelas yang lebih memberdayakan peserta didik, pembelajaran yang terpusat pada peserta didik dan memberdayakan pula kodrat gaya belajar yang telah ada pada mereka dengan tanpa memaksa kehendak saya pribadi sebagai guru.

Di samping itu, saya juga menyadari dengan adanya masing-masing karakter (kodrat) pada masing-masing peserta didik, maka kodrat inilah yang harusnya diasah dan dipoles oleh para guru agar berkembang dengan baik dan selaras tanpa harus memaksa keinginan guru yang cenderung tidak sepenuhnya memahami kodrat dan bakat minat peserta didik. Dan terkait ini pula, tidak ada keharusan pada peserta didik untuk cemerlang pada semua mata pelajaran.

 

3.      Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

 

Hal-hal yang ingin saya rubah dari kelas saya agar mencerminkan pemikiran KHD adalah saya akan mendorong peserta didik di kelas saya untuk bertumbuh dengan kodratnya (bakat minat mereka). Terkait ini, tentu saya harus melakukan assesmen diagnostic agar lebih mengenal dana mengetahui modal para peserta didik ini supaya tuntunan yang akan saya berikan pada mereka tepat guna.

Selain itu, saya akan berusaha untuk menyajikan pelajaran saya dengan pendekatan yang menghargai pola belajar peserta didik yang terdifferensiasi. Tiga pola belajar (audio, visual dan kinestetik) ini perlu menjadi perhatian utama saya dalam menyajikan pelajaran agar pelajaran saya dapat menjangkau semua peserta didik dan dapat diterima dengan baik pula oleh seluruhnya.

 

Tidak ada komentar: