NAMA CGP: MUHAMMAD FAJRI, S.Pd.I
CGP-7 ACEH BESAR
TUGAS 1. REFLEKSI
1. Berdasarkan Trapesium Usia tersebut, berikut
peristiwa positif dan negatif yang saya alami di
sana?
a. Peristiwa positif:
Adapun peristiwa yang bernuansa positif yang saya alami adalah ketika pada kelas 6 MIN (saat berusia 12 tahun)
saya dipercayakan untuk membantu mengajar adik-adik di TPA kemukiman sebagai
‘ustadz’ junior. Menariknya di sini, saya juga diberi jerih per pertemuan Rp.
150. Ini penghasilan perdana saya berprofesi sebagai ‘guru’ J
Pada periode kelas 6 MIN ini pula saya sudah
sering mendapatkan penugasan (amanah) dari unsur sekolah; baik dari kepsek, wali
kelas, dan para guru. Di fase kelas 5/6 saya dipercayakan mengurusi pengibaran
bendera di sekolah, dan untuk tugas ini saya juga diberi jerih oleh Kepsek.
Adapun dari hikmah jerih yang saya terima ini, saya peruntukkan untuk membeli
barang-barang yang bermanfaat bagi saya utamanya buku-buku pelajaran.
b. Peristiwa Negatif:
Adapun peristiwa yang bernuansa negatif yang pernah saya alami adalah ketika saya
mendapatkan satu hadiah juara kelas yang ‘ganjil’ pada saat saya kelas 8 SMP.
Tak dinyana, sang wali kelas meminta teman yang kurang beruntung secara nilai
pada pengumuman pembagian rapor untuk menampar saya di depan kelas. Wali kelas
meminta 2 teman saya yang paling rendah nilainya untuk maju ke depan dan
meminta keduanya untuk menampar saya. Pun kedua teman tersebut, yang pertama
ragu menampar, tetapi kemudian tetap menampar saya dan saya termangu tidak berkata
apa-apa atas perlakuan tersebut.
Sejenak dari kejadian tersebut, pada saat
pembagian rapor usai, semua sudah menerima rapor, wali kelas pun mulai memberi
wejangan dan salah satunya menasehati dan menghibur saya atas ‘hadiah ganjil’
yang diberi. Beliau menasehati bahwa permintaan ‘menampar’ saya itu adalah agar
saya tidak jumawa sementang menjadi juara kelas. Juara kelas sejati adalah yang
mampu mendorong semua teman sekelasnya juga mampu menjadi juara, kurang lebih
nasehat singkat beliau demikian. Mendapat nasehat demikian membuat perasaan
saya campuraduk, antara terima dan tidak terima. Tidak terima karena ditampar
oleh teman yang tidak berprestasi dan orang yang susah diajak pada satu sisi,
‘harus menerima’ ditampar sebagai bentuk ‘membumi’ di lain sisi. Paradox
memang. Tapi setelah lama berlalu dari kejadian itu dan menapaki tahapan
kehidupan hingga ke hari ini, saya menyadari satu hal: tamparan itu menghantarkan
saya menjadi pembelajar sepanjang hayat yang tak boleh sombong dan tentu harus
selalu berbagi dan berbagi. Dan itu pula membuat saya menjatuhkan pilihan
menjadi ‘GURU PENGGERAK’.
2.
Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam
masing-masing peristiwa tersebut?
Pada peristiwa positif,
unsur-unsur lain yang terlibat: guru-guru saya di MIN (Ibu Suriyawati, Ibu
Salmi, Ustadzah Khairun – selaku koor. TPA, adik-adik TPA dari kelas Iqra 1
s.d. 6.
3. Berdasarkan Roda emosi Plutchik tersebut, dampak emasi yang berpengaruh terhadap pekembangan saya sebagai seorang guru adalah:
Dampak emosi yang saya rasakan hingga sekarang berdasarkan perkembangan saya berdasarkan tapesium usia adalah:
saya sudah mulai percaya diri, bangga, termotivasi dan bahagia dengan menjadi seorang guru.
Hal ini terjadi karena
saya telah menikmati setiap proses yang saya lalui hingga kini, dengan
segala perjuangan, tantangan, dan rasa syukur
hingga mampu membuat
saya terus
semangat untuk mengembangkan kompetensi diri guna berusaha untuk terus menjadi
layak sehingga mampu memberikan resonansi
positif dan akhirnya
mampu menggerakkan
lingkungan saya untuk bisa bersinergi terus bergerak maju menyongsong masa depan yang lebih baik, selamat dan bahagia.
Dalam konteks
peran saya sebagai
seorang guru/pendidik, maka saya akan terus berusaha menjadi teladan bagi peserta
didik saya untuk selalu optimis dalam belajar
dengan mengembangkan kekuatan kodratnya. Sehingga peserta didik mampu memaknai perannya sebagai pemelajar yang merdeka,
mandiri dan semangat untuk menggali dan mengembangkan potensinya.
4. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah
masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa
sekarang?
Momen-momen
di sekolah bagi saya selalu berelasi dengan masa kini, karena dari momen-momen
itu saya membina pengetahuan dan merajut pengalaman-pengalaman berharga yang
mengantarkan saya ke gerbang hari ini yang ternyata realita profesi keseharian
saya tidak jauh dari dunia pendidikan. Persisnya dunia pendidikan yang
paripurna berupa pesantren yang dulu saya bersekolah di sana dan kemudian
mengabdi hingga kini dipercayakan sebagai ujung tombak pengelola. Ini sebuah
milestone yang luar biasa dan tak terkira bagi saya pribadi. Dan momen-momen di
sekolah tersebut menjadi bekal berharga bagi saya dalam mewujudkan diri menjadi
seorang pendidik yang inspiratif dan menggerakkan.
5.
Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari
kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru
terhadap peserta didik saya?
Pelajaran hidup yang saya dapati dari kegiatan trapezium usia dan roda
emosi adalah saya memiliki 2 hal utama dalam hidup; percaya dan optimis.
Percaya dan optimis pada setiap hal yang positif dan bertumbuh, bahwa setiap
hari Allah itu pasti ada hal baik di dalamnya walaupun yang saya dapati darinya
hanya sedikit, tetapi dari sedikit yang kita cicil berhari-hari, dari waktu ke
waktu dengan istiqamah akan menjadi hal besar di kemudian hari. Untuk itu, saya
percaya dan optimis dengan apa yang saya tekuni dan jalani hari-hari ini,
menjadi pendidik sepenuh hati, mendidik diri dan anak generasi. Insya Allah.
6.
Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya
yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata:
"guru", "murid", "belajar", "makna",
"peran"?
Peranan seorang guru yang ikhlas dalam menuntun murid dalam proses
belajar yang bermakna niscaya akan menghadirkan perubahan yang signifikan dalam
system/kultur pendidikan Indonesia. Guru ikhlas adalah prasyarat pendidikan merdeka,
guru yang terlepas dari emblem materi, politik dan syahwat dunia.
TUGAS 2.
NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
Peran
seorang Guru Penggerak berarti membantu para peserta didik ini untuk mandiri
dalam belajar, mampu memunculkan motivasi peserta didik untuk belajar, juga
mendidik karakter peserta didik di sekolah. Agar mampu berperan sebagai
pemimpin dengan prinsip kepemimpinan tersebut, maka kita harus mempu
mengembangkan kompetensi kita terlebih dahulu sehingga Guru penggerak menjadi
layak, cakap dan mahir sebagai pemimpin.
Selaku Guru
penggerak, saya harus memiliki nilai/sifat kepemimpinan yang baik sesuai filosofi
pemikiran KHD, sebagai pemimpin pembelajaran, guru penggerak harus memiliki 3 prinsip kepemimpinan,
yaitu mampu menjadi teladan (ing ngarso sung tuloda), mempu menjadi pendukung
dan membangkitkan motivasi (ing madyo mbangun karso), dan mampu memberi
dorongan (Tut Wuri Handayani). Jika 3 prinsip kepemimpinan itu kita terapkan
dan dikejawantahkan menjadi semangat Tergerak, Bergerak,
dan Menggerakkan.
Guru
penggerak yang mandiri, berarti saya sebagai guru tersebut mampu memunculkan motivasi internal untuk membuat perubahan baik untuk diri pribadi saya maupun lingkungan sekitar. Perilaku yang bisa dilakukan guru adalah mau
melakukan refleksi dan introspeksi terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Mau mendengar saran dan kritik dari pengawas, kepala sekolah, sesama
guru dan peserta didik.
Guru
Penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta
mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Peran tersebut adalah:
ü Menjadi
Pemimpin Pembelajaran
ü Mewujudkan
Kepemimpinan Peserta didik
ü Menggerakkan
Komunitas Praktisi
ü Menjadi
Coach Bagi Guru Lain
ü Mendorong
Kolaborasi Antar Guru
ü Mewujudkan Kepemimpinan Peserta didik
Semoga sedikit sharing ini bermanfaat bagi saya pribadi dan rekan-rekan pendidik di manapun berada. Salam pendidikan dan salam belajar merdeka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar