Kamis, 10 November 2022

Amanat 17 Agustus 2022 - Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat

Berikut goresan pena saya sebagai bentuk belajar berbagi amanat pada gelaran perdana Peringatan 17 Agustus 2022 di lingkup Pesantren Modern Al Falah Abu Lam U.


Amanat Peringatan HUT RI 77

 

 

PULIH LEBIH CEPAT

BANGKIT LEBIH KUAT

 

 

Indonesia ini lahir dari tetes darah ribuan bahkan mungkin jutaan para syuhada. Perjuangan mendirikan bangsa ini ditempuh tidak dalam waktu yang singkat/pendek. Butuh ratusan tahun, butuh sekian banyak pengorbanan dan perjuangan hingga kemudian pada 17 Agustus 1945, yang kala itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, proklamasi kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh dua orang proklamator; Soekarno dan Muhammad Hatta.

 

Proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya dan menandai berakhirnya penjajahan di atas bumi Indonesia dan kemudian mendorong pula lahirnya perdamaian-perdamaian di berbagai belahan penjuru dunia. Itu sedikit ulasan sejarah 77 tahun yang lalu.

 

Lantas kini, di tahun 2022. Kita juga masih dalam usaha upaya untuk pulih sembuh dari gempuran tentara Allah berupa rasa ‘khawatir’, khawatir karena Corona, khawatir karena wabah PMK, khawatir karena cacar monyet, khawatir karena gempuran LGBT, penyakit moral, malas, nir-etos dan berbagai ujian serta tantangan yang beraneka bentuknya.

 

Pertanyaannya adalah: bagaimana sikap kita, bagaimana pula jawaban, usaha dan upaya kita untuk menghadapi, keluar dari rasa, keadaan khawatir kita itu?

 

Dulu pekik takbir Bung Tomo, gerilya Soedirman, Proklamasi oleh Soekarno-Hatta telah menghantarkan bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaannya, gerbang bahagia, yang harusnya di masa-masa setelahnya diisi oleh masa-masa kegemberiaan dan pertumbuhan yang hakiki.

 

Namun, roda hidup tidak selalu indah dan bahagia sebagaimana yang kita damba. Hidup butuh untuk diperjuangkan agar dia dapat kita rasakan. Mengapa pula kemudian kita diuji dan ditempa.

 

Nah! Anak-anak sekalian!

Untuk pulih dan bangkit dari rasa khawatir di atas. Kita selaku pembelajar, maka, marilah kita isi kemerdekaan ini dengan belajar yang tekun, gigih, dengan tekad baja untuk menyongsong masa depan yang cerah nan bahagia. Mengisi merdeka hari ini tidak lagi dengan memangkul senjata melainkan dengan diisi oleh pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan-pengetahuan yang mutakhir. Jangan sampai kita tidak mampu mengambil bagian dari perkembangan dan pertumbuhan ini karena kita lalai, abai, pongah dan lemah.

 

Anak-anak sekalian!

Mereka para pahlawan dan patriot bangsa, telah rela jiwa dan raga mereka lepas, terampas untuk menghadirkan kemerdekaan bagi kita anak-cucu mereka. Tak lain tak bukan, untuk diisi dengan kehidupan yang lebih baik, lebih manis, lebih berarti dan bermanfaat dari generasi ke generasi. Maka tibalah kewajiban bagi kita semua untuk menjawab dan mengisi, قد غرس من قبلنا فأكلنا و نحن نغرس الآن ليأكل من بعدنا  orang-orang terdahulu sudah ‘menanami untuk kita dan kita makan darinya, kini tiba saatnya kita menanami untuk dimakan oleh generasi setelah kita’ ---- dengan apa?? Dengan iman, takwa, akhlak mulia, dengan belajar, dengan etos kerja, dengan semangat ’45, dengan bertumbuh secara positif dan kontinyu, dengan istiqamah pada hal-hal baik, dengan loyalitas, dengan mandiri, dengan kesetiakawanan social, dengan bergotongroyong, dengan berkebhinnekaan global, bernalar kritis serta kreatif menyongsong Indonesia yang pulih dan lebih kuat dan kokoh untuk anak generasi yang handal, bermartabat, madani ----dan semoga Indonesia menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dimulai dari pribadi-pribadi qur’ani nan disegani.

 

Peserta upacara sekalian.

Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, Laksamana Malahayati boleh tiada. Tetapi sosok-sosok pengganti mereka yang lebih hebat tetap dinanti. Maka, guru-guru kami, ustadz-ustadzah kami, didiklah anak-anak generasi ini menjadi lebih hebat dari para pahlawan itu, sebagai pengisi hari bahagia ini, hari-hari merdeka. Arahkan kami, bawa kami mencapai, menggapai impian-impian dan cita kami, agar kami senantiasa menjadi para pelajar yang bersyukur dan berarti. Guru-guru kami, izinkan lengan dan punggung kalian menjadi pijakan kami untuk sukses. Semoga balasan terbaik selalu menanti atas jasa-jasamu yang tidak dapat kami ganti.

 

Di akhir, kita tidak akan berhenti mengisi merdeka kini dengan hanya sekedar menari-nari tiada arti. Alangkah malu kita pada para pendiri bangsa. Bilamana kemerdekaan yang sudah direngkuh dengan luluran peluh dan kemudian diisi oleh orang-orang angkuh. Maka, mari menjadi pengisi kemerdekaan yang bertanggungjawab dan ikhlas. Semoga hari-hari kita senantiasa beroleh berkah dan karunia-Nya.

 

Billahit taufiq wal hidayah.

 

Lamjampok, 17 Agustus 2022

Tidak ada komentar: