Berikut
goresan pena saya sebagai bentuk belajar berbagi amanat pada gelaran perdana
Peringatan 17 Agustus 2022 di lingkup Pesantren Modern Al Falah Abu Lam U.
Amanat Peringatan HUT RI 77
PULIH LEBIH CEPAT
BANGKIT LEBIH KUAT
Indonesia ini lahir dari tetes darah ribuan bahkan
mungkin jutaan para syuhada. Perjuangan mendirikan bangsa ini ditempuh tidak
dalam waktu yang singkat/pendek. Butuh ratusan tahun, butuh sekian banyak
pengorbanan dan perjuangan hingga kemudian pada 17 Agustus 1945, yang kala itu
bertepatan dengan bulan Ramadhan, proklamasi kemerdekaan Indonesia
diproklamirkan oleh dua orang proklamator; Soekarno dan Muhammad Hatta.
Proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia
untuk mencapai kemerdekaannya dan menandai berakhirnya penjajahan di atas bumi
Indonesia dan kemudian mendorong pula lahirnya perdamaian-perdamaian di
berbagai belahan penjuru dunia. Itu sedikit ulasan sejarah 77 tahun yang lalu.
Lantas kini, di tahun 2022. Kita juga masih dalam usaha
upaya untuk pulih sembuh dari gempuran tentara Allah berupa rasa ‘khawatir’,
khawatir karena Corona, khawatir karena wabah PMK, khawatir karena cacar
monyet, khawatir karena gempuran LGBT, penyakit moral, malas, nir-etos dan
berbagai ujian serta tantangan yang beraneka bentuknya.
Pertanyaannya adalah: bagaimana sikap kita, bagaimana
pula jawaban, usaha dan upaya kita untuk menghadapi, keluar dari rasa, keadaan
khawatir kita itu?
Dulu pekik takbir Bung Tomo, gerilya Soedirman,
Proklamasi oleh Soekarno-Hatta telah menghantarkan bangsa Indonesia ke gerbang
kemerdekaannya, gerbang bahagia, yang harusnya di masa-masa setelahnya diisi
oleh masa-masa kegemberiaan dan pertumbuhan yang hakiki.
Namun, roda hidup tidak selalu indah dan bahagia
sebagaimana yang kita damba. Hidup butuh untuk diperjuangkan agar dia dapat
kita rasakan. Mengapa pula kemudian kita diuji dan ditempa.
Nah! Anak-anak sekalian!
Untuk pulih dan bangkit dari rasa khawatir di atas. Kita
selaku pembelajar, maka, marilah kita isi kemerdekaan ini dengan belajar yang
tekun, gigih, dengan tekad baja untuk menyongsong masa depan yang cerah nan
bahagia. Mengisi merdeka hari ini tidak lagi dengan memangkul senjata melainkan
dengan diisi oleh pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan-pengetahuan yang
mutakhir. Jangan sampai kita tidak mampu mengambil bagian dari perkembangan dan
pertumbuhan ini karena kita lalai, abai, pongah dan lemah.
Anak-anak sekalian!
Mereka para pahlawan dan patriot bangsa, telah rela jiwa
dan raga mereka lepas, terampas untuk menghadirkan kemerdekaan bagi kita
anak-cucu mereka. Tak lain tak bukan, untuk diisi dengan kehidupan yang lebih
baik, lebih manis, lebih berarti dan bermanfaat dari generasi ke generasi. Maka
tibalah kewajiban bagi kita semua untuk menjawab dan mengisi, قد غرس من قبلنا فأكلنا و نحن نغرس الآن
ليأكل من بعدنا orang-orang terdahulu sudah ‘menanami untuk
kita dan kita makan darinya, kini tiba saatnya kita menanami untuk dimakan oleh
generasi setelah kita’ ---- dengan apa?? Dengan iman, takwa, akhlak mulia,
dengan belajar, dengan etos kerja, dengan semangat ’45, dengan bertumbuh secara
positif dan kontinyu, dengan istiqamah pada hal-hal baik, dengan loyalitas,
dengan mandiri, dengan kesetiakawanan social, dengan bergotongroyong, dengan
berkebhinnekaan global, bernalar kritis serta kreatif menyongsong Indonesia
yang pulih dan lebih kuat dan kokoh untuk anak generasi yang handal,
bermartabat, madani ----dan semoga Indonesia menjadi baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur dimulai dari pribadi-pribadi qur’ani nan disegani.
Peserta upacara sekalian.
Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, Laksamana
Malahayati boleh tiada. Tetapi sosok-sosok pengganti mereka yang lebih hebat
tetap dinanti. Maka, guru-guru kami, ustadz-ustadzah kami, didiklah anak-anak
generasi ini menjadi lebih hebat dari para pahlawan itu, sebagai pengisi hari
bahagia ini, hari-hari merdeka. Arahkan kami, bawa kami mencapai, menggapai
impian-impian dan cita kami, agar kami senantiasa menjadi para pelajar yang
bersyukur dan berarti. Guru-guru kami, izinkan lengan dan punggung kalian
menjadi pijakan kami untuk sukses. Semoga balasan terbaik selalu menanti atas
jasa-jasamu yang tidak dapat kami ganti.
Di akhir, kita tidak akan berhenti mengisi merdeka kini
dengan hanya sekedar menari-nari tiada arti. Alangkah malu kita pada para
pendiri bangsa. Bilamana kemerdekaan yang sudah direngkuh dengan luluran peluh
dan kemudian diisi oleh orang-orang angkuh. Maka, mari menjadi pengisi kemerdekaan
yang bertanggungjawab dan ikhlas. Semoga hari-hari kita senantiasa beroleh
berkah dan karunia-Nya.
Billahit taufiq wal hidayah.
Lamjampok, 17 Agustus 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar