Sedikit nampang dan sesuatu .... tapi .... bismillah, ini serius! Khidmat untuk pendidikan yang lebih baik. Doakan ya semuanya .....
Blog kumpulan catatan dan pengetahuan terkait pendidikan, agama, pengajaran, manajemen dan lain-lain.
Jumat, 25 November 2022
Visiku Menjadi Guru Penggerak
Senin, 21 November 2022
GAMBARAN DIRI SEBAGAI GURU PENGGERAK DI MASA DEPAN
Oleh: Muhammad
Fajri
CGP Angkatan 7
Setelah
mengikuti serangkaian program guru penggerak, gambaran diri saya di masa depan
adalah saya seorang guru yang memiliki nilai-nilai guru penggerak seperti berpihak
pada siswa, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan reflektif. Dari nilai-nilai
tersebut, maka peran saya sebagai guru penggerak adalah sebagai berikut:
Berpihak pada Murid
Murid
adalah segalanya. Sejatinya filosofi ini harus diilhami dengan baik oleh
seorang pendidik, bahwa keberhasilan, kesuksesan dan kebahagian
setinggi-tingginya seorang muridlah yang menjadi tolok ukur berhasilnya seorang
pendidik. Maka untuk itu, perspektif pendekatan yang saya lakukan di dalam
pendidikan dan pengajaran adalah bermuara pada murid. Apa yang mereka butuhkan,
bukan apa yang saya tawarkan. Di sini, tentu saya harus fokus dan konsisten
mengenal karakteristik, gaya belajar para peserta didik, menekuni dan melakukan
assessment diagnostic yang terukur serta selalu terbiasa memuliakan para
peserta didik bahwa sejatinya mereka semua adalah permata terpendam yang mana
bila diasah dengan tepat guna akan menjadi permata yang amat bernilai harganya.
Dan untuk itu pula, dalam menyaji pelajaran saya harus senantiasa mampu
menyajikan pelajaran terdifferensiasi baik secara proses, konten dan produk.
Mandiri
Saya
adalah guru yang mandiri, yaitu guru yang mampu memotivasi diri sendiri untuk
melakukan perubahan baik untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar. Sebagai seorang
guru penggerak yang mandiri, saya harus menjadi independen dalam mengembangkan
diri dan juga mampu memberdayakan teman sejawat, peserta didik dan lingkungan
masyarakat baik di lingkungan kerja maupun domisili.
Nilai mandiri yang sudah saya miliki, sudah saya praktikkan dan tentu akan
terus saya pertahankan selalu berupa aktif mengelola blog pendidikan milik
pribadi di domain https://a86nx.blogspot.com/,
terlibat dalam kepengurusan Pesantren Modern Al Falah Abu Lam U (tempat saya
berkiprah sebagai pendidik), aktif membina relasi-relasi pendidikan yang
produktif: Partner Schule PASCH Goethe Institut (Mitra Sekolah Menuju Masa
Depan), Program Pesantren Binaan BI, Komunitas SMP-BP, menjadi Guru Pamong PPG
Bahasa Inggris Univ. Bina Bangsa Get Sempena 2021 & 2022.
Terlibat sebagai Pamong PPG Salah satu kegiatan evaluasi PASCH Goethe
Inovatif
Tantangan
zaman yang dari hari ke hari makin kompleks menantang setiap insan untuk
menjadi inovatif. Dalam menjawab tantangan yang begini rupa, menjamdi inovatif
merupakan prasyarat survival. Selaku pendidik yang hari ini diamanahkan sebagai
top level pimpinan, saya harus melahirkan gagasan-gagasan brilian dalam
menghadapi derasnya arus perkembangan zaman dan tantangan masa kini utamanya
yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam menjawab kebutuhan hadirnya guru-guru
terampil nan ‘berkualitas’ di sekolah saya, saya menggagas MGMP tingkat satuan
sekolah yang mana dengan gagasan ini mampu mendorong inisiatif kolaboratif
untuk tumbuhnya pendidikan berkemajuan berasas gotong royong, kemajemukan, integrative,
produktif dan massif. MGMP adalah wadah kunci pemberdayaan guru secara mandiri
dan bermartabat di tengah-tengah krisis kebijakan, ekonomi dan berbagai
tantangan lainnya. Di sisi lain, menjawab learning gap, atau bahkan learning
loss di peserta didik ‘alumni covid’ saya menginisiasi praktik baik di sekolah
atau yang saya sebut sebagai BEST DAILY PRACTICES. Program ini sangat
sederhana, di sini warga sekolah diajak berselancar dari hari ke hari dimulai dengan:
v Senin,
semua elemen sekolah praktik puasa sunnah hari senin dan shalat dhuha,
v Selasa dengan
hari air (setiap warga sekolah membawa air-tentu dengan tumbler masing-masing
demi mengurangi sampah), karena sejatinya selama proses belajar, para guru dan
peserta didik harus mengkonsumsi minuman yang cukup agar tidak terjadi
dehidrasi serta tentu pada hari ini kami mengajak sedekah air ke lingkungan
sekitar dengan kampanye menyiram Bungan/tanaman di lingkungan sekolah – latihan
peka lingkungan.
v Rabu, kami
mengajak semua elemen sekolah untuk memperkaya literasi. Minimal di hari ini,
semua warga sekolah membaca dan memperoleh wawasan baru. Waktunya bias fleksibel,
tidak ditetapkman waktu khusus mengingat rutin di sekolah kami. Tapi dibawa
saja semangat bahwa Rabu hari mencari wawasan walaupun secuil, dengan membaca
kita berdaya. Karena: Today’s reader, leader tomorrow. Pembaca hari ini,
Pemimpin esok hari. Apa jadinya dunia ini, bila orang malas membaca?
v Kamis, semua
elemen sekolah praktik puasa sunnah hari senin dan shalat dhuha,
v Jum’at,
hari sedekah, bagi pelajar pria bias dengan membawa sedekah jumatan, atau
dengan mentraktir teman yang kurang beruntung untuk sekedar jajan ringan.
Bersedekah itu indah, membuka pintu bahagia.
v Sabtu
dengan pesan dan wasiat baik serta saling sapa warga di lingkungan sekolah. Di
sini, idealnya warga sekolah saling berangkulan, maaf-maafan, saling meminta
kerelaan dari perilaku selama sepekan di sekolah dan semoga segala amal selama
sepekan di sekolah beroleh barakah dan ganjaran terbaik serta senantiasa jadi
ilmu dan pengalaman yang bermanfaat.
Kolaboratif
We humans are social beings. Kita manusia adalah makhluk social
dan untuk itu ‘kolaborasi’ adalah ruh social. Sebagai seorang individu dalam
kontsruksi social saya tidak bias berlepas diri dari bekerjasama dengan orang
lain. Tentu pihak yang paling harus proaktif dalam kolaborasi ini adalah saya
pribadi. Bila saya tidak proaktif dalam berkolaborasi bagaimana pula respon dan
penerimaan mitra dalam kolaborasi saya. Alhamdulillah saya punya nilai kolaboratif
yang baik. Saya terlibat aktif dalam setiap kegiatan intra sekolah, baik dalam
bentuk kepanitiaan formal maupun informal.
Di
lingkup sekolah, saya membina relasi dan kolaborasi baik dan intens dengan semua
stake holder dan warga sekolah. Saya kira kunci keberhasilan perwujudan cita
pendidikan di sekolah adalah dengan hadirnya kolaborasi yang harmonis dengan
semua elemen di sekolah.
Dalam
rangka berkolaborasi, saya tidak saja berkolaborasi di tingkat lokal, sebagai
bagian dari masyarakat global, saya juga membina kolaborasi pendidikan dengan
unsur luar negeri. Hari ini saya masih intens bergerak di isu lingkungan
bekerjasama dengan Ryukoku School Japan, dan mendorong para guru serta peserta didik
di sekolah saya berperan dalam kampanye global di bawah inisiasi PASCH-Goethe
Institut serta menerima kemitraan dari berbagai institusi lainnya.
Santriwati Pesantren Al Falah Abu Lam U, ~ Binaan Muhammad Fajri (CGP Angkatan 7)
Reflektif
Nilai
Reflektif layaknya adalah model mental yang diharapkan menubuh pada Guru Penggerak
dimana mereka senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik
yang terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara
positif-apresiatif-produktif. Aspek reflektif menjamdi hal utama dalam menyetir
hidup dan kiprah saya selaku pendidik. Di sini, saya harus mampu mendayagunakan
semua sumber sebagai pembelajaran penting dalam hidup saya maupun dalam meniti
karir dan kiprah sebagai pendidik. Saya senantiasa melakukan habituasi diri
terkait kegiatan-kegiatan reflektif, mana saja hal-hal positif yang bertumbuh
dari saya dan mana pula hal-hal negative yang masih melekat dan harus saya
koreksi serta harus menghilang dari pribadi saya baik secara individu merdeka
maupun dalam kapasitas saya sebagai pendidik. Dan menjadi reflektif ini sangat
membantu saya dalam menyikapi berbagai persoalan dan tantangan yang saya
hadapi.
Demikian gambaran diri saya sebagai Guru Penggeraka Di Masa Depan. Guru Penggerak yang senantiasa Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan. Semoga senantiasa pula istiqamah, karena amalan baik yang barakah adalah amalan yang istiqamah.
Aceh Besar, 21 November 2022.
Kamis, 10 November 2022
Amanat 17 Agustus 2022 - Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat
Berikut
goresan pena saya sebagai bentuk belajar berbagi amanat pada gelaran perdana
Peringatan 17 Agustus 2022 di lingkup Pesantren Modern Al Falah Abu Lam U.
Amanat Peringatan HUT RI 77
PULIH LEBIH CEPAT
BANGKIT LEBIH KUAT
Indonesia ini lahir dari tetes darah ribuan bahkan
mungkin jutaan para syuhada. Perjuangan mendirikan bangsa ini ditempuh tidak
dalam waktu yang singkat/pendek. Butuh ratusan tahun, butuh sekian banyak
pengorbanan dan perjuangan hingga kemudian pada 17 Agustus 1945, yang kala itu
bertepatan dengan bulan Ramadhan, proklamasi kemerdekaan Indonesia
diproklamirkan oleh dua orang proklamator; Soekarno dan Muhammad Hatta.
Proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia
untuk mencapai kemerdekaannya dan menandai berakhirnya penjajahan di atas bumi
Indonesia dan kemudian mendorong pula lahirnya perdamaian-perdamaian di
berbagai belahan penjuru dunia. Itu sedikit ulasan sejarah 77 tahun yang lalu.
Lantas kini, di tahun 2022. Kita juga masih dalam usaha
upaya untuk pulih sembuh dari gempuran tentara Allah berupa rasa ‘khawatir’,
khawatir karena Corona, khawatir karena wabah PMK, khawatir karena cacar
monyet, khawatir karena gempuran LGBT, penyakit moral, malas, nir-etos dan
berbagai ujian serta tantangan yang beraneka bentuknya.
Pertanyaannya adalah: bagaimana sikap kita, bagaimana
pula jawaban, usaha dan upaya kita untuk menghadapi, keluar dari rasa, keadaan
khawatir kita itu?
Dulu pekik takbir Bung Tomo, gerilya Soedirman,
Proklamasi oleh Soekarno-Hatta telah menghantarkan bangsa Indonesia ke gerbang
kemerdekaannya, gerbang bahagia, yang harusnya di masa-masa setelahnya diisi
oleh masa-masa kegemberiaan dan pertumbuhan yang hakiki.
Namun, roda hidup tidak selalu indah dan bahagia
sebagaimana yang kita damba. Hidup butuh untuk diperjuangkan agar dia dapat
kita rasakan. Mengapa pula kemudian kita diuji dan ditempa.
Nah! Anak-anak sekalian!
Untuk pulih dan bangkit dari rasa khawatir di atas. Kita
selaku pembelajar, maka, marilah kita isi kemerdekaan ini dengan belajar yang
tekun, gigih, dengan tekad baja untuk menyongsong masa depan yang cerah nan
bahagia. Mengisi merdeka hari ini tidak lagi dengan memangkul senjata melainkan
dengan diisi oleh pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan-pengetahuan yang
mutakhir. Jangan sampai kita tidak mampu mengambil bagian dari perkembangan dan
pertumbuhan ini karena kita lalai, abai, pongah dan lemah.
Anak-anak sekalian!
Mereka para pahlawan dan patriot bangsa, telah rela jiwa
dan raga mereka lepas, terampas untuk menghadirkan kemerdekaan bagi kita
anak-cucu mereka. Tak lain tak bukan, untuk diisi dengan kehidupan yang lebih
baik, lebih manis, lebih berarti dan bermanfaat dari generasi ke generasi. Maka
tibalah kewajiban bagi kita semua untuk menjawab dan mengisi, قد غرس من قبلنا فأكلنا و نحن نغرس الآن
ليأكل من بعدنا orang-orang terdahulu sudah ‘menanami untuk
kita dan kita makan darinya, kini tiba saatnya kita menanami untuk dimakan oleh
generasi setelah kita’ ---- dengan apa?? Dengan iman, takwa, akhlak mulia,
dengan belajar, dengan etos kerja, dengan semangat ’45, dengan bertumbuh secara
positif dan kontinyu, dengan istiqamah pada hal-hal baik, dengan loyalitas,
dengan mandiri, dengan kesetiakawanan social, dengan bergotongroyong, dengan
berkebhinnekaan global, bernalar kritis serta kreatif menyongsong Indonesia
yang pulih dan lebih kuat dan kokoh untuk anak generasi yang handal,
bermartabat, madani ----dan semoga Indonesia menjadi baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur dimulai dari pribadi-pribadi qur’ani nan disegani.
Peserta upacara sekalian.
Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, Laksamana
Malahayati boleh tiada. Tetapi sosok-sosok pengganti mereka yang lebih hebat
tetap dinanti. Maka, guru-guru kami, ustadz-ustadzah kami, didiklah anak-anak
generasi ini menjadi lebih hebat dari para pahlawan itu, sebagai pengisi hari
bahagia ini, hari-hari merdeka. Arahkan kami, bawa kami mencapai, menggapai
impian-impian dan cita kami, agar kami senantiasa menjadi para pelajar yang
bersyukur dan berarti. Guru-guru kami, izinkan lengan dan punggung kalian
menjadi pijakan kami untuk sukses. Semoga balasan terbaik selalu menanti atas
jasa-jasamu yang tidak dapat kami ganti.
Di akhir, kita tidak akan berhenti mengisi merdeka kini
dengan hanya sekedar menari-nari tiada arti. Alangkah malu kita pada para
pendiri bangsa. Bilamana kemerdekaan yang sudah direngkuh dengan luluran peluh
dan kemudian diisi oleh orang-orang angkuh. Maka, mari menjadi pengisi kemerdekaan
yang bertanggungjawab dan ikhlas. Semoga hari-hari kita senantiasa beroleh
berkah dan karunia-Nya.
Billahit taufiq wal hidayah.
Lamjampok, 17 Agustus 2022
PENAMPILAN SANTRI AL FALAH ABU LAM U PADA PEMBUKAAN AL FALAH CUP 2022
Men sana in corpore sano....
Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
(Dok. Pribadi - Segmen menarik pada Al Falah Cup 2022)
Olahraga adalah salah satu kegiatan yang amat digemari santri Pesantren Modern Al Falah Abu Lam U. Oleh karenanya, untuk menjawab akan kebutuhan itu, Pesantren menyelenggarakan kegiatan Al Falah Cup saban tahunnya sebagai event mayor dalam bidang olahraga yang bertujuan untuk membangun silaturrahmi antar santri, mencari bibit olahragawan santri serta menjadikan Al Falah Cup sebagai medium syiar bahwa Pesantren tidak saja sebagai tempat menempa ilmu agama tetapi juga tempat yang menaruh perhatian pada tumbuh kembang peserta didik dalam berbagai aspek, baik rohani dan jasmaninya, sebagaimana satu peribahasa Arab menyampaikan: الْعَقْلُ السَّلِيْمُ فِي الْجِسْمِ السَّلِيِم akal yang sehat terdapat pada badan yang sehat.
Semoga dengan kegiatan-kegiatan yang luar biasa ini mampu menjadikan para generasi ummat yang sedang menempa diri di Pesantren Al Falah Abu Lam U ini menjadi generasi-generasi yang tangguh dan handal sebagai pemimpin ummat di masa depan. Aamiiin.
Mulai dari Diri Sendiri - Tugas Refleksi diri Modul 1.2. Guru Penggerak Angkatan 7
NAMA CGP: MUHAMMAD FAJRI, S.Pd.I
CGP-7 ACEH BESAR
TUGAS 1. REFLEKSI
1. Berdasarkan Trapesium Usia tersebut, berikut
peristiwa positif dan negatif yang saya alami di
sana?
a. Peristiwa positif:
Adapun peristiwa yang bernuansa positif yang saya alami adalah ketika pada kelas 6 MIN (saat berusia 12 tahun)
saya dipercayakan untuk membantu mengajar adik-adik di TPA kemukiman sebagai
‘ustadz’ junior. Menariknya di sini, saya juga diberi jerih per pertemuan Rp.
150. Ini penghasilan perdana saya berprofesi sebagai ‘guru’ J
Pada periode kelas 6 MIN ini pula saya sudah
sering mendapatkan penugasan (amanah) dari unsur sekolah; baik dari kepsek, wali
kelas, dan para guru. Di fase kelas 5/6 saya dipercayakan mengurusi pengibaran
bendera di sekolah, dan untuk tugas ini saya juga diberi jerih oleh Kepsek.
Adapun dari hikmah jerih yang saya terima ini, saya peruntukkan untuk membeli
barang-barang yang bermanfaat bagi saya utamanya buku-buku pelajaran.
b. Peristiwa Negatif:
Adapun peristiwa yang bernuansa negatif yang pernah saya alami adalah ketika saya
mendapatkan satu hadiah juara kelas yang ‘ganjil’ pada saat saya kelas 8 SMP.
Tak dinyana, sang wali kelas meminta teman yang kurang beruntung secara nilai
pada pengumuman pembagian rapor untuk menampar saya di depan kelas. Wali kelas
meminta 2 teman saya yang paling rendah nilainya untuk maju ke depan dan
meminta keduanya untuk menampar saya. Pun kedua teman tersebut, yang pertama
ragu menampar, tetapi kemudian tetap menampar saya dan saya termangu tidak berkata
apa-apa atas perlakuan tersebut.
Sejenak dari kejadian tersebut, pada saat
pembagian rapor usai, semua sudah menerima rapor, wali kelas pun mulai memberi
wejangan dan salah satunya menasehati dan menghibur saya atas ‘hadiah ganjil’
yang diberi. Beliau menasehati bahwa permintaan ‘menampar’ saya itu adalah agar
saya tidak jumawa sementang menjadi juara kelas. Juara kelas sejati adalah yang
mampu mendorong semua teman sekelasnya juga mampu menjadi juara, kurang lebih
nasehat singkat beliau demikian. Mendapat nasehat demikian membuat perasaan
saya campuraduk, antara terima dan tidak terima. Tidak terima karena ditampar
oleh teman yang tidak berprestasi dan orang yang susah diajak pada satu sisi,
‘harus menerima’ ditampar sebagai bentuk ‘membumi’ di lain sisi. Paradox
memang. Tapi setelah lama berlalu dari kejadian itu dan menapaki tahapan
kehidupan hingga ke hari ini, saya menyadari satu hal: tamparan itu menghantarkan
saya menjadi pembelajar sepanjang hayat yang tak boleh sombong dan tentu harus
selalu berbagi dan berbagi. Dan itu pula membuat saya menjatuhkan pilihan
menjadi ‘GURU PENGGERAK’.
2.
Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam
masing-masing peristiwa tersebut?
Pada peristiwa positif,
unsur-unsur lain yang terlibat: guru-guru saya di MIN (Ibu Suriyawati, Ibu
Salmi, Ustadzah Khairun – selaku koor. TPA, adik-adik TPA dari kelas Iqra 1
s.d. 6.
3. Berdasarkan Roda emosi Plutchik tersebut, dampak emasi yang berpengaruh terhadap pekembangan saya sebagai seorang guru adalah:
Dampak emosi yang saya rasakan hingga sekarang berdasarkan perkembangan saya berdasarkan tapesium usia adalah:
saya sudah mulai percaya diri, bangga, termotivasi dan bahagia dengan menjadi seorang guru.
Hal ini terjadi karena
saya telah menikmati setiap proses yang saya lalui hingga kini, dengan
segala perjuangan, tantangan, dan rasa syukur
hingga mampu membuat
saya terus
semangat untuk mengembangkan kompetensi diri guna berusaha untuk terus menjadi
layak sehingga mampu memberikan resonansi
positif dan akhirnya
mampu menggerakkan
lingkungan saya untuk bisa bersinergi terus bergerak maju menyongsong masa depan yang lebih baik, selamat dan bahagia.
Dalam konteks
peran saya sebagai
seorang guru/pendidik, maka saya akan terus berusaha menjadi teladan bagi peserta
didik saya untuk selalu optimis dalam belajar
dengan mengembangkan kekuatan kodratnya. Sehingga peserta didik mampu memaknai perannya sebagai pemelajar yang merdeka,
mandiri dan semangat untuk menggali dan mengembangkan potensinya.
4. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah
masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa
sekarang?
Momen-momen
di sekolah bagi saya selalu berelasi dengan masa kini, karena dari momen-momen
itu saya membina pengetahuan dan merajut pengalaman-pengalaman berharga yang
mengantarkan saya ke gerbang hari ini yang ternyata realita profesi keseharian
saya tidak jauh dari dunia pendidikan. Persisnya dunia pendidikan yang
paripurna berupa pesantren yang dulu saya bersekolah di sana dan kemudian
mengabdi hingga kini dipercayakan sebagai ujung tombak pengelola. Ini sebuah
milestone yang luar biasa dan tak terkira bagi saya pribadi. Dan momen-momen di
sekolah tersebut menjadi bekal berharga bagi saya dalam mewujudkan diri menjadi
seorang pendidik yang inspiratif dan menggerakkan.
5.
Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari
kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru
terhadap peserta didik saya?
Pelajaran hidup yang saya dapati dari kegiatan trapezium usia dan roda
emosi adalah saya memiliki 2 hal utama dalam hidup; percaya dan optimis.
Percaya dan optimis pada setiap hal yang positif dan bertumbuh, bahwa setiap
hari Allah itu pasti ada hal baik di dalamnya walaupun yang saya dapati darinya
hanya sedikit, tetapi dari sedikit yang kita cicil berhari-hari, dari waktu ke
waktu dengan istiqamah akan menjadi hal besar di kemudian hari. Untuk itu, saya
percaya dan optimis dengan apa yang saya tekuni dan jalani hari-hari ini,
menjadi pendidik sepenuh hati, mendidik diri dan anak generasi. Insya Allah.
6.
Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya
yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata:
"guru", "murid", "belajar", "makna",
"peran"?
Peranan seorang guru yang ikhlas dalam menuntun murid dalam proses
belajar yang bermakna niscaya akan menghadirkan perubahan yang signifikan dalam
system/kultur pendidikan Indonesia. Guru ikhlas adalah prasyarat pendidikan merdeka,
guru yang terlepas dari emblem materi, politik dan syahwat dunia.
TUGAS 2.
NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
Peran
seorang Guru Penggerak berarti membantu para peserta didik ini untuk mandiri
dalam belajar, mampu memunculkan motivasi peserta didik untuk belajar, juga
mendidik karakter peserta didik di sekolah. Agar mampu berperan sebagai
pemimpin dengan prinsip kepemimpinan tersebut, maka kita harus mempu
mengembangkan kompetensi kita terlebih dahulu sehingga Guru penggerak menjadi
layak, cakap dan mahir sebagai pemimpin.
Selaku Guru
penggerak, saya harus memiliki nilai/sifat kepemimpinan yang baik sesuai filosofi
pemikiran KHD, sebagai pemimpin pembelajaran, guru penggerak harus memiliki 3 prinsip kepemimpinan,
yaitu mampu menjadi teladan (ing ngarso sung tuloda), mempu menjadi pendukung
dan membangkitkan motivasi (ing madyo mbangun karso), dan mampu memberi
dorongan (Tut Wuri Handayani). Jika 3 prinsip kepemimpinan itu kita terapkan
dan dikejawantahkan menjadi semangat Tergerak, Bergerak,
dan Menggerakkan.
Guru
penggerak yang mandiri, berarti saya sebagai guru tersebut mampu memunculkan motivasi internal untuk membuat perubahan baik untuk diri pribadi saya maupun lingkungan sekitar. Perilaku yang bisa dilakukan guru adalah mau
melakukan refleksi dan introspeksi terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Mau mendengar saran dan kritik dari pengawas, kepala sekolah, sesama
guru dan peserta didik.
Guru
Penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta
mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Peran tersebut adalah:
ü Menjadi
Pemimpin Pembelajaran
ü Mewujudkan
Kepemimpinan Peserta didik
ü Menggerakkan
Komunitas Praktisi
ü Menjadi
Coach Bagi Guru Lain
ü Mendorong
Kolaborasi Antar Guru
ü Mewujudkan Kepemimpinan Peserta didik
Semoga sedikit sharing ini bermanfaat bagi saya pribadi dan rekan-rekan pendidik di manapun berada. Salam pendidikan dan salam belajar merdeka!
Selasa, 08 November 2022
Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru yang Dipelajari dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara
(Gambar: Kelasimpian.com)
Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru yang Dipelajari dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara
(Tugas Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1. PGP Angkatan 7)
Perkenalkan, nama saya Muhammad Fajri,
S.Pd.I. Saya calon guru penggerak angkatan 7 dari SMPS Islam Al FAlah Kabupaten
Aceh Besar. Saya akan menyampaikan
kesimpulan dan refleksi terhadap materi modul 1.1 tentang pemikiran
Filososfi Ki Hajar Dewantara.
Indonesia patut bersyukur memiliki
seorang anak bangsa yang brilian dalam memerdekakan pemikiran pendidikan yang
ada pada sosok seorang Ki Hajar Dewantara yang bernama asli Suwardi Suryaningrat.
Pikiran-pikiran bernas, amal usaha dan perjuangannya mengantarkan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang mampu meraih kemerdekaannya dengan bekal dan
modal belajar merdeka tidak saja bermodalkan kekuatan otot dan senjata.
Sejatinya perjuangan terhormat adalah perjuangan dengan basis pendidikan,
karena derajat yang tinggi hanya dapat diperoleh dengan pendidikan.
Itulah sekelumit kiprah utama Ki Hajar
Dewantara dalam upaya memerdekakan manusia Indonesia berupa memerdekakan
pendidikannya yang menurut KHD pendidikan itu didefinisikan sebagai menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan).
Menuntun oleh KHD kemudian kejawantahkan
dalam tiga pilar utama pengajaran KHD sebagai berikut: melayani mereka dengan
setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat
(ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani). Dengan
tiga pilar utama tersebutlah tonggak pendidikan yang dibangun Ki Hajar mampu
mengangkat harkat martabat pendidikan Bangsa Indonesia hingga mampu mendorong
manusia Indonesia yang merdeka, yakni manusia yang hidupnya lahir atau batin
tidak bergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar akan kekuatan diri
sendiri.
Selain ketiga pilar tersebut di atas, KHD
juga meletakkan dasar-dasar system pendidikan lainnya yang dikenal dengan
sebutan Trikon (Kontinyu, konvergen, konsentris). Kontinyu: berkesinambungan
dengan masa lalu, Konvergen: bertemu secara terbuka dengan perkembangan alam
dan zaman. Dan Konsentris: menyatu dengan nilai-nilai kemanusiaan, dunia.
Keberadaan asas-asas pendidikan yang
telah ditanamkan dan diperjuangkan oleh KHD tersebut menjadi sangat vital dan
mutlak untuk terus dipertahankan dan menjadi modal penting bagi pendidikan
bangsa Indonesia di masa kini. Karena secara universal, nilai-nilai yang sudah
ditawarkan oleh KHD adalah nilai-nilai yang teruji yang mana nilai-nilai
tersebut dapat berlaku di mana saja dan tak akan lekang oleh zaman. Sudah ideal
pula pilar dan nilai yang sudah dikembangkan KHD menjadi modal utama setiap
sekolah di Indonesia.
Di sekolah tempat saya mengajar, setiap
tata nilai yang ditanamkan oleh KHD diterjemahkan menjadi apa yang kamu lihat,
apa yang kamu dengar, apa yang kamu rasa adalah pendidikan. Pendidikan harus
bersifat universal dan holistic.
Berangkat dari pengajaran KHD, saya
selaku penerus pejuangan KHD sebagai pengajar dan pendidik, saya sudah
melakukan dan menerapkan tata nilai dari ajaran KHD dalam proses pengajaran dan
pendidikan sehari-hari di lingkup sekolah maupun komunitas belajar yang saya
terlibat di dalamnya.
Selanjutnya, saya akan merefleksikan diri
terkait dengan telaah modul 1.1. PGP angkatan 7 melalui 3 pertanyaan pemantik
berikut:
1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di
kelas sebelum Anda mempelajari modul
1.1?
Sebelum saya mempelajari modul 1.1. ini
saya mempunyai keyakinan bahwa:
o
Pembelajaran cenderung berpusat pada guru ketimbang murid.
Gurulah yang punya peranan dominan dalam proses PBM.
o
Sajian pelajaran yang disajikan dengan hanya satu pendekatan
dan dengan satu gaya dapat diterima oleh seluruh peserta didik
o
Guru dapat memaksakan kehendaknya pada peserta didik
o
Peserta didik harus memiliki nilai cemerlang pada setiap
mata pelajaran yang dipelajari
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah
mempelajari modul ini?
Setelah saya mempelajari modul 1.1. ini
saya tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara banyak hal dan pemahaman
yang saya dapatkan. Pemikiran KHD membuka cakrawala saya dalam memaknai
keberagaman peserta didik yang harus diajarkan sesuai dengan karakter dan gaya
belajar masing-masing, yang mana belum terlalu optimal saya praktikkan di ruang
kelas. Selain itu, bahwa, pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Guru harus berperan sebagai fasilitator atau pada
istilah KHD disebut sebagai penuntun atau pamong. Ini menjadi tantangan bagi
saya, bagaimana upaya saya di masa depan untuk menciptakan kondisi kelas yang
lebih memberdayakan peserta didik, pembelajaran yang terpusat pada peserta
didik dan memberdayakan pula kodrat gaya belajar yang telah ada pada mereka
dengan tanpa memaksa kehendak saya pribadi sebagai guru.
Di samping itu, saya juga menyadari
dengan adanya masing-masing karakter (kodrat) pada masing-masing peserta didik,
maka kodrat inilah yang harusnya diasah dan dipoles oleh para guru agar
berkembang dengan baik dan selaras tanpa harus memaksa keinginan guru yang
cenderung tidak sepenuhnya memahami kodrat dan bakat minat peserta didik. Dan
terkait ini pula, tidak ada keharusan pada peserta didik untuk cemerlang pada
semua mata pelajaran.
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas
Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Hal-hal yang ingin saya rubah dari kelas
saya agar mencerminkan pemikiran KHD adalah saya akan mendorong peserta didik
di kelas saya untuk bertumbuh dengan kodratnya (bakat minat mereka). Terkait
ini, tentu saya harus melakukan assesmen diagnostic agar lebih mengenal dana
mengetahui modal para peserta didik ini supaya tuntunan yang akan saya berikan
pada mereka tepat guna.
Selain itu, saya akan berusaha untuk
menyajikan pelajaran saya dengan pendekatan yang menghargai pola belajar
peserta didik yang terdifferensiasi. Tiga pola belajar (audio, visual dan
kinestetik) ini perlu menjadi perhatian utama saya dalam menyajikan pelajaran
agar pelajaran saya dapat menjangkau semua peserta didik dan dapat diterima
dengan baik pula oleh seluruhnya.