Kamis, 08 Desember 2022

1.3.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.3

Assalamu’alaikum pejuang pendidikan Indonesia yang super.

Selamat datang di blog Berbagi Baik ini dan selamat berbagi dan mencerahkan pendidikan Indonesia. Di kesempatan kali ini, saya akan memaparkan koneksi antar materi modul 1.3. PGP Angkatan 7 yang sedang saya ikuti. Yuk, simak paparan saya berikut ini:

Pada modul 1.1. tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional  Ki Hadjar Dewantara, saya mengutip beberapa pernyataan KHD sebagai berikut:

Menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

Pada bagian lainnya, di kesempatan terpisah KHD juga menyatakan bahwa: “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.”  (Dasar-dasar Pendidikan, 1936).

Di samping itu, Asas Konvergensi Ki Hadjar Dewantara menyatakan: "Perubahan yang kita lakukan di pendidikan harus menuju pada suatu titik yang memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita."

Tiga kutipan pernyataan KHD di atas, saya yakini sebagai sebagian daripada ide/pemikiran esensial dan fundamental dari seorang KHD dalam menerjemah dan mendorong visi pendidikan manusia yang lebih utuh dan universal.

Dan pernyataan atau pandangan KHD tersebut selaras dan seirama dengan beberapa konsep dan teori yang dikemukan oleh berbagai ahli pendidikan dan psikososial. Salah satunya yang saya pelajari bersama modul 1.2. adalah konsep yang diajukan oleh Erik Erikson, seorang psikolog psikososial yang mengemukakan bahwa kepribadian seseorang itu tumbuh dalam rangkaian 8 tahapan. Tiap tahapan menggambarkan dampak dari pengalaman sosial pada mereka. Berikut tahapan-tahapan dimaksud:

  • Membangun kepercayaan (Trust vs Mistrust).
  • Membangun otonomi (Autonomy vs Shame and Doubt).
  • Berinisiatif vs rasa bersalah (Initiative vs Guilt).
  • Merasa mampu (Industry vs Inferiority).
  • Membangun identitas (Identity vs Confusion).
  • Menjalin kedekatan (Intimacy vs Isolation).
  • Dewasa (Generativity vs Stagnation).
  • Kematangan (Integrity vs Despair).

Berelasi dengan kutipan-kutipan dan teori di atas, sebagai bentuk keberpihakan pada murid sebagai hal esensial yang saya peroleh pada modul 1.2. adalah mendorong peserta didik Indonesia yang ber-Profil Pancasila yang salah satunya adalah MANDIRI.

 


Mewujudkan kemandirian peserta didik tentu membutuhkan pendidik yang punya tata nilai dan peranan. Nah, apa saja nilai-nilai yang harus dimiliki oleh pendidik yang diyakini mampu mewujudkan peserta didik yang MANDIRI? Nilai-nilai dimaksud sebagai berikut:


Dari roda nilai di atas, ternyata ada satu nilai yang sama yang harus dimiliki baik oleh si pendidik dan si peserta didik yaitu nilai MANDIRI.

Setelah memiliki nilai, sebagai seorang pendidik yang diharapkan tergerak, bergerak dan menggerakkan, kita diharapkan memiliki dan mampu mewujudkan peranan-peranan berikut:

1.    Pemimpin Pembelajaran

2.    Coach bagi guru lain

3.    Mendorong kolaborasi

4.    Mewujudkan kepemimpinan murid

5.    Penggerak komunitas praktisi

Tentu, dari sekian uraian dan pemaparan di atas, akan hambar dan tidak akan bermanfaat bila kita tidak mampu merealisasikannya di dunia nyata, karena sejatinya pengetahuan yang bermanfaat adalah pengetahuan yang berbuah dan buahnya pengetahuan/ilmu itu adalah dengan adanya aksi nyata yang dapat dirasakan tidak saja oleh yang mengamalkan ilmu itu sendiri tetapi juga ‘circle-nya’ yang beragam. Untuk itu, dalam rangka mewujudkan tujuan dimaksud kita perlu menyusun sebuah visi, yang mana visi ini adalah gambaran, impian, patron yang mampu menuntun kita untuk menggapai cita-cita, tujuan yang kita hendak capai. Untuk menetapkan visi, kita butuh seperangkat instrumen bantu sebagai salah satu barometer ukuran dalam menetapkan dan memastikan capaian keberhasilan visi kita yang dikenal dengan konsep Inkuiri Apresiatif, yang kemudian digubah oleh beberapa praktisi di Indonesia menjadi konsep BAGJA.

Sebagai sedikit gambaran umum yang berelasi dan simpulan dari uraian di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

 


Kembali merujuk beberapa ulasan di atas, berdasarkan pertanyaan pemantik di LMS: Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah Bapak/Ibu?

Maka, pada tulisan ini lebih penulis arahkan ke perwujudan nilai MANDIRI, maka penulis menetapkan visi pribadi sebagai berikut: “Mendorong Peserta Didik yang MANDIRI Untuk GENERASI Bermartabat”

Semoga visi saya di atas, dapat saya wujudkan, rawat dan pelihara sehingga saya mampu menjadi salah satu ‘butiran debu’ yang bermanfaat bagi pendidikan Indonesia khususnya dan bagi kemaslahatan umat manusia umumnya. Belajar baik, bagi baik. Jangan pernah berhenti menjadi orang baik. Sekian dan terima kasih. Wassalam. Salam CGP Angkatan 7. 

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Keren pak Fajri, semua materi modul sudah dikoneksikan dengan sangat baik pak. semoga bapak tetap konsisten dalam mengimbaskan hal positif bagi rekan senusantara

Unknown mengatakan...

Keren pak Fajri, semua materi modul sudah dikoneksikan dengan sangat baik pak. semoga bapak tetap konsisten dalam mengimbaskan hal positif bagi rekan senusantara